Perusahaan Malaysia Bantai Orangutan Kalimantan
Jumat, 30 September 2011, 07:37 WIB
.
Orangutan
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Keberadaan orangutan di Kalimantan Timur terancam. Mereka terus dibantai, sebagai dampak dari pembabatan hutan untuk membuka perkebunan kelapa sawit.
Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA Kaltim) dan Centre for Orangutan Protection (COP) telah mengevakuasi sedikitnya empat orangutan dari Muara Kaman, di sekitaran kawasan konsesi PT Khaleda, anak perusahaan Metro Kajang Holdings Berhad Malaysia dan PT Anugerah?Urea Sakti.
Juru kampanye COP Hardi Baktiantoro, mengatakan puluhan ekor orangutan Kalimantan (Pongo Pygmaeus) tewas mengenaskan di area perkebunan kelapa sawit di sekitaran Kutai Kartanegara. Hardi menuding, meski para pemburu bayaran itu mengaku telah membunuh banyak induk orangutan dan para pekerja mengakui perbuatan menyebarkan pisang yang sudah disemprot furadan untuk meracuni orangutan.
Sayangnya hingga hari ini, polisi tidak juga menetapkan seorang pun jadi tersangka dan tidak ada yang dipenjara. "Ini mengecewakan dan membahayakan bagi kelangsungan hidup orangutan," ujar Hardi dalam siaran pers yang diterima Republika.
Situasi yang sama terjadi di Kecamatan Muara Wahau, Kutai Timur. Pada 26 Juli 2011, BKSDA dan COP terpaksa mengevakuasi dua orangutan. Satu induk orangutan diidentifikasikan dibunuh para pekerja sawit Makin Group. Dikatakan Hardi, ketika kuburannya orangutan dibongkar untuk mengetahui penyebab kematiannya.
Hasil identifikasi menyatakan, mayat orangutan tersebut babak belur seperti terkena pukulan yang dilakukan berulangkali, kedua pergelangan tangannya luka dan jarinya putus.
Adapun di Kalimantan Tengah, COP mengidentifikasi satu tengkorak orangutan di sekitaran areal konsesi PT TASK dan mengevakuasi tiga anak orangutan yang ditangkap pekerja setempat. "COP juga menemukan empat tengkorak orangutan di areal konsesi Wilmar Group pada 20 Agustus 2011."
Hardi menilai kematian puluhan orangutan bukan terjadi karena konflik manusia dengan jenis binatang primata tersebut, melainkan upaya genocide (pembunuhan massal) kelompok tertentu yang rakus untuk meraih keuntungan pribadi. Pihaknya menyentil pemerintah yang harusnya berani melihat kenyataan bahwa polisi tidak membuat kemajuan apapun untuk mencegah kepunahan orangutan di Kalimantan.
Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA Kaltim) dan Centre for Orangutan Protection (COP) telah mengevakuasi sedikitnya empat orangutan dari Muara Kaman, di sekitaran kawasan konsesi PT Khaleda, anak perusahaan Metro Kajang Holdings Berhad Malaysia dan PT Anugerah?Urea Sakti.
Juru kampanye COP Hardi Baktiantoro, mengatakan puluhan ekor orangutan Kalimantan (Pongo Pygmaeus) tewas mengenaskan di area perkebunan kelapa sawit di sekitaran Kutai Kartanegara. Hardi menuding, meski para pemburu bayaran itu mengaku telah membunuh banyak induk orangutan dan para pekerja mengakui perbuatan menyebarkan pisang yang sudah disemprot furadan untuk meracuni orangutan.
Sayangnya hingga hari ini, polisi tidak juga menetapkan seorang pun jadi tersangka dan tidak ada yang dipenjara. "Ini mengecewakan dan membahayakan bagi kelangsungan hidup orangutan," ujar Hardi dalam siaran pers yang diterima Republika.
Situasi yang sama terjadi di Kecamatan Muara Wahau, Kutai Timur. Pada 26 Juli 2011, BKSDA dan COP terpaksa mengevakuasi dua orangutan. Satu induk orangutan diidentifikasikan dibunuh para pekerja sawit Makin Group. Dikatakan Hardi, ketika kuburannya orangutan dibongkar untuk mengetahui penyebab kematiannya.
Hasil identifikasi menyatakan, mayat orangutan tersebut babak belur seperti terkena pukulan yang dilakukan berulangkali, kedua pergelangan tangannya luka dan jarinya putus.
Adapun di Kalimantan Tengah, COP mengidentifikasi satu tengkorak orangutan di sekitaran areal konsesi PT TASK dan mengevakuasi tiga anak orangutan yang ditangkap pekerja setempat. "COP juga menemukan empat tengkorak orangutan di areal konsesi Wilmar Group pada 20 Agustus 2011."
Hardi menilai kematian puluhan orangutan bukan terjadi karena konflik manusia dengan jenis binatang primata tersebut, melainkan upaya genocide (pembunuhan massal) kelompok tertentu yang rakus untuk meraih keuntungan pribadi. Pihaknya menyentil pemerintah yang harusnya berani melihat kenyataan bahwa polisi tidak membuat kemajuan apapun untuk mencegah kepunahan orangutan di Kalimantan.
Redaktur: Siwi Tri Puji B
Reporter: Erik Purnama Putra
Tidak ada komentar:
Posting Komentar