Gajah Lampung itu Kini Tinggal Empat Ekor
Dok TSI
Bayi gajah seberat 76,5 kilogram dengan tinggi 85 cm itu, dinamai Januar, karena lahir di bulan Januari.
.
TRIBUNJAMBI.COM - Komunitas Gajah yang terdapat di kawasan hutan Konservasi milik PT Wira Karya Sakti di Sungai Tapa Tanjung Jabung Barat (Tanjabbar) terus berkurang, saat ini tinggal empat ekor yang tersisa.
BERBAGAI satwa masih terdapat dalam kawasan hutan Konservasi miliki PT Wira Karya Sakti di Sungai Tapa Tungkal Ulu Tanjung Jabung Barat seperti beruang madu, harimau Sumatera dan komunitas gajah meksipun jumlahnya telah berkurang dari sebelumnya. Saat ini hanya empat ekor gajah yang masih tersisa.
Gajah-gajah itu sebelumnya didatangkan dari Lampung pada 1996 sebanyak delapan ekor, namun satu persatu gajah-gajah itu meninggal karena berbagai penyebab, saat ini hanya tinggal empat ekor yang tersisa.
Empat ekor gajah yang tersisa itu terdiri dari dua ekor jantan dan dua betina. Mereka diberi nama, Fraksi yang sudah berusia 20 tahun dan Siska 20 tahun adalah gajah betina. Dua gajah jantan yakni Alpa 17 tahun dan Bima Sakti 6 tahun yang masih masih anak-anak.
Menurut pemelihara sekaligus Igusti Made (42), gajah-gajah itu mereka pelihara dengan sangat hati-hati, terlebih setelah banyak yang meninggal. Diceritakan made, pagi hari gajah-gajah itu mereka bawa keluar kandang dan dilepaskan dalam kawasan hutan konservasi.
Untuk menjaga agar gajah-gajah itu tidak berkeliaran jauh, mereka sengaja mengikatkan rantai di kaki bagian depan sehingga gajah-gajah itu tidak bisa berjalan cepat.
Setiap saat mereka selalu mengontrol secara bergantian dengan para pemilihara lainnya, setelah sore hari mereka baru memasukkannya dan memberi makan, makanan yang diberikan berupa pelepah kelapa yang dicampur rumput gajah.
Selain menggembalakan gajah itu Imade dan rekannya juga melatih gajah itu bisa beratraksi. Pelatihan yang diberikan terdiri dari latihan dasar dan latihan pengembangan. Latihan dasar seperti bagaimana mengangkat kaki dan mengambil sesuatu dari tangan orang yang memberikan sesuatu, sedangkan latihan pengembangan adalah berupa atraksi mengalungkan bunga bagi para tamu.
Diakui Imade banyak suka duka dalam memelihara gajah, namun jika sudah menjiwainya justru suka duka itu tidak dirasakan lagi.
"Kalau diawal-awal ia terasa sekali sulitnya, namun sekarang sudah tidak lagi," kata pelatih gajah yang berasal dari Bali ini. (kumaini)
BERBAGAI satwa masih terdapat dalam kawasan hutan Konservasi miliki PT Wira Karya Sakti di Sungai Tapa Tungkal Ulu Tanjung Jabung Barat seperti beruang madu, harimau Sumatera dan komunitas gajah meksipun jumlahnya telah berkurang dari sebelumnya. Saat ini hanya empat ekor gajah yang masih tersisa.
Gajah-gajah itu sebelumnya didatangkan dari Lampung pada 1996 sebanyak delapan ekor, namun satu persatu gajah-gajah itu meninggal karena berbagai penyebab, saat ini hanya tinggal empat ekor yang tersisa.
Empat ekor gajah yang tersisa itu terdiri dari dua ekor jantan dan dua betina. Mereka diberi nama, Fraksi yang sudah berusia 20 tahun dan Siska 20 tahun adalah gajah betina. Dua gajah jantan yakni Alpa 17 tahun dan Bima Sakti 6 tahun yang masih masih anak-anak.
Menurut pemelihara sekaligus Igusti Made (42), gajah-gajah itu mereka pelihara dengan sangat hati-hati, terlebih setelah banyak yang meninggal. Diceritakan made, pagi hari gajah-gajah itu mereka bawa keluar kandang dan dilepaskan dalam kawasan hutan konservasi.
Untuk menjaga agar gajah-gajah itu tidak berkeliaran jauh, mereka sengaja mengikatkan rantai di kaki bagian depan sehingga gajah-gajah itu tidak bisa berjalan cepat.
Setiap saat mereka selalu mengontrol secara bergantian dengan para pemilihara lainnya, setelah sore hari mereka baru memasukkannya dan memberi makan, makanan yang diberikan berupa pelepah kelapa yang dicampur rumput gajah.
Selain menggembalakan gajah itu Imade dan rekannya juga melatih gajah itu bisa beratraksi. Pelatihan yang diberikan terdiri dari latihan dasar dan latihan pengembangan. Latihan dasar seperti bagaimana mengangkat kaki dan mengambil sesuatu dari tangan orang yang memberikan sesuatu, sedangkan latihan pengembangan adalah berupa atraksi mengalungkan bunga bagi para tamu.
Diakui Imade banyak suka duka dalam memelihara gajah, namun jika sudah menjiwainya justru suka duka itu tidak dirasakan lagi.
"Kalau diawal-awal ia terasa sekali sulitnya, namun sekarang sudah tidak lagi," kata pelatih gajah yang berasal dari Bali ini. (kumaini)
Penulis : kumaini
Editor : fifi
Sumber : Tribun Ja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar